JAKARTA — Megoak-goakan merupakan permainan tradisional yang berasal dari daerah Buleleng di Provinsi Bali. Permainan ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Kwarda Bali menampilkan permainan tradisional tersebut dalam penampilan permainan tradisional sebagai sebuah filosofi semangat untuk kegiatan KPN 2023 di Buperta Cibubur, Jakarta Timur.
Peŕtama yang ikut bermain adalah peserta Koncab Buleleng, Koncab Jembrana dan Koncab Karangasem. Permainan ini merupakan permainan warisan Raja Buleleng, Anglurah I Gusti Panji Sakti yang lebih dikenal dengan Ki Barak Panji Sakti.
Nama megoak-goakan berasal dari kata goak yang berarti gagak. Permainan diperkirakan ada sejak abad ke-17. Pada masa itu, Kerajaan Buleleng berada dalam posisi sulit karena serangan kerajaan tetangga.
“Raja Buleleng, Ki Barak Panjisakti, berambisi mengalahkan kerajaan lawan dan menjadikan daerah kekuasaannya sebagai bagian dari Buleleng. Namun, tak disangka peperangan berlangsung sengit sehingga menurunkan semangat para prajurit. Sebagai upaya membangkitkan semangat, Ki Barak Panjisakti mengajak mereka bermain megoak-goakan,” ungkap I Dewa Made Susastra, Kamis 6 Juli 2023 usai menampilkan permainan tradisional tersebut.
Dewa Susastra memaparkan, pada permainan tersebut, sang raja berperan sebagai goak yang akan memangsa ekor ular.
Sementara itu, komandan pasukan berperan sebagai kepala ular dan para prajurit berperan sebagai ekornya.
Komandan atau kepala ular bertugas melindungi bawahan atau ekornya dari serangan gagak.
“Gerakan sang raja saat bermain bagaikan gagak yang mengincar mangsanya dengan gesit, sehingga permainan diakhiri dengan kemenangan sang raja. Beliau pun meminta hadiah kemenangan dari komandan dan para prajurit dengan meminta semangat untuk berjuang,” beber Susastra.
Megoak-goakan dimainkan secara berkelompok. Pemain dibagi dalam dua regu yang terdiri atas 5 – 11 orang. Masing-masing berperan sebagai goak dan mangsanya.
Pemain yang menjadi ekor berjajar di belakang pemimpin. Kemudian, keduanya harus saling menangkap ekor goak atau pemain yang berada di baris paling belakang kelompok mangsa.
Pemenangnya adalah kelompok yang pertama kali menangkap ekor lawan.
Bermain megoak-goakan bermanfaat melatih ketangkasan. Sebab, masing-masing pemain harus bisa lincah menghindari kejaran lawan.
Selain itu, permainan ini juga mengasah kemampuan kepemimpinan dan hubungan kerjasama pemimpin-bawahan. Kepala goak atau pemimpin harus bertanggung jawab melindungi anggotanya, sedangkan ekor atau bawahan harus setia dan mempercayai pemimpin mereka.
___
Pewarta: Made Suartha